Fakultas Syariah UINSI Samarinda kembali adakan webinar nasional, kali ini bertajuk “Moderasi Beragama Untuk Kemajuan Bangsa”. Diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 26-27 Oktober 2021 dengan menghadirkan narasumber-narasumber ternama.

Pada hari pertama, acara dibuka oleh Dr. Iskandar, M.Ag., selaku wakil dekan I. Dalam sambutannya beliau mengatakan “Agama yang kita pahami itu adalah rahmatan lil alamin yang memberikan kesejukan dalam kehidupan dan tidak menjadi alat atau alasan untuk melakukan kedzaliman. Menjadi umat yang wasathan, haqq, dan berkeadilan. Melalui webinar ini saya harap, kita semua bisa mendapatkan wawasan baru untuk bermoderasi agama bersama para narasumber hari ini dan besok.”

Sebanyak 378 peserta yang berasal dari berbagai daerah ikut meramaikan webinar kali ini.

Dr. KH. Marsudi Syuhud M.B.A. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sebagai narasumber pertama membuka dengan materi “Peran Strategis MUI dan Ormas Islam dalam Peneguhan Moderasi Beragama”.

“Ada pertanyaan, pilih mana Qur’an atau Pancasila? Nda bisa dipilih begitu karena Pancasila itu isi dari nilai-nilai Al-Quran. Pikiran yang moderat semacam ini yang harus terus menerus dikembangkan, di Kampus, majelis, agar bangsa ini memahami dan mengerti. Jika dua-duanya bisa disatukan dan ditengahkan, negara kita akan menjadi negara yang rukun tentram dan rahmatan lil ‘alamin,” jelasnya.

Abd Syakur, Lc., M.H. selaku moderator menyimpulkan bahwa moderasi beragama adalah sesuatu yang kompleks dan saling terikat dengan kehidupan manusia.“Moderasi bergama itu komprehensif dalam semua kehidupan, tidak hanya ibadah, tetapi juga ekonomi, sosial, dsb. Islam karakter aslinya tengah-tengah, dan untuk berada di tengah-tengah itu ada ruang tasamuh, toleransi, implementasi moderasi beragama sangat membutuhkan pemahaman yang utuh dan baik,” tuturnya.

Usai rehat selama 1 jam, webinar kembali dilanjutkan oleh narasumber A. Ginanjar Sya’ban, SS., M.Hum. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Islam Nusantara itu mengangkat bahasan “Moderasi Beragama dalam Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Basyariyah” dengan nuansa filologi napak tilas manuskrip-manuskrip tentang moderasi beragama.

“Melacak akar moderasi beragama, di Indonesia ini kita akan menemukan wacana, konsep, mafhum, khitob, yang wasathiyah diniyah dan itu bukan sesuatu yang baru karena sumbernya sudah ada sejak ratusan tahun silam,” jelasnya.

“Dari Syaikhona Kholil dalam manuskripnya mengatakan bahwa mencintai negara adalah bukti keimanan kita, menjaga negara kita adalah wujud keimanan kita. Jadi wajar murid-muridnya kemudian gigih memperjuangkan bangsa Indonesia seperti KH. Hasyim Asy’ari. Menurutnya ajaran agama Islam dan nilai-nilai kebangsaan dan semangat memperjuangkan Indonesia tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling menguatkan,” ungkapnya di Zoom Meeting.Sebagai moderator pada sesi kedua, Akhmad Sofyan, S.H.I., M.H. sepakat dengan pendapat pemateri tentang moderasi beragama yang menunjukkan sikap tasamuh dan akulturasi budaya tanpa harus saling sikut.

“Moderasi beragama sebagaimana yang beliau sampaikan bisa kita lacak dari manuskrip-manuskrip yang dilakukan oleh ulama terdahulu, contoh wasathiyah tadi salah satunya di masjid kudus yang bentuknya mengadopsi arsitektur Pura, dan masih banyak lagi yang menunjukkan spirit bangsa yang tasamuh dalam moderasi beragama,” tutupnya.

Webinar disambut antusias oleh para peserta dari banyak kalangan dan ragam Perguruan Tinggi. Simak selengkapnya di kanal YouTube Fakultas Syariah Samarinda.

Leave a Comment